Selamat datang di blog saya
Flaming Arrow Glitter Purple

Jumat, 16 Juni 2017

TQM DALAM PENDIDIKAN ISLAM

MAKALAH
TOTAL QUALITY MANAJEMEN DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Makalah Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Manajemen Pendidikan
Dosen Pengampu:
Ahmad Aziz Fanani, M.Pd.I

Oleh:
Kelompok 10
Abdul Hakim Adilli
Ahmad Sofi Arafat
Siti Ulfia

FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEMESTER III A
INSTITUT AGAMA ISLAM IBRAHIMY
GENTENG – BANYUWANGI
2016
 -------------------------------------------------------------------------------------
 
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
            Puji dan syukur kita ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya, shalawat serta salam kita sampaikan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing kita sebagai umat-Nya dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang-benderang. Dengan ini penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah tanpa kendala apapun untuk  memenuhi  tugas dari mata kuliah Manajemen Pendidikan dengan materi “Total Quality Manajemen Dalam Pendidikan Islam”.
            Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak dosen Ahmad Aziz Fanani, M.Pd.I, sebagai dosen mata kuliah Manajemen Pendidikan yang telah menjadi pembimbing dalam penyelesaian makalah. Tidak lupa pula kepada semua pihak yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam rangka menyelesaikan makalah ini, sehingga dengan adanya bimbingan dan pengarahan tersebut makalah dapat penulis selesaikan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.
            Dalam pembuatan makalah ini penulis sudah berusaha semaksimal mungkin dalam pembuatan dan penyusunannya, tetapi penulis menyadari, makalah ini jauh dari kesempurnaan sebab kesempurnaan hanya milik Allah SWT, namun selaku manusia penulis menginginkan yang terbaik. Karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan sekali demi kebaikan dalam pembuatan makalah dan penulisannya untuk masa yang akan datang. Semoga kita dapat mempelajari hal-hal penting yang ada dalam isi makalah ini sehingga bermanfaat bagi kita semua untuk dapat menerapkan dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Genteng, 29 Desember 2016
Penulis


 -------------------------------------------------------------------------------------

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang ................................................................................... 1
2.    Rumusan Masalah .............................................................................. 1
3.    Tujuan Penulisan ................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A.  Apa pengertian quality ....................................................................... 2
B.  Pengertian total quality management ................................................... 5
C.  Total quality management dalam lembaga pendidikan islam ................. 6
BAB III PENUTUP                               
A.  Kesimpulan .....................................................................................  11
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................  12



 -------------------------------------------------------------------------------------

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Banyak masalah mutu yang dihadapi dalam dunia pendidikan, seperti mutu lulusan, mutu pengajaran, bimbingan dan latihan dari guru, serta mutu profesionalisme dam kinerja guru. Mutu-mutu tersebut terkait dengan mutu manajerial para pimpinan pendidikan, keterbatasan dana, sarana, dan prasarana, fasilitas pendidikan, media, sumber belajar, alat dan bahan latihan, iklim sekolah, lingkungan pendidikan, serta dukungan dari pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan tersebut berujung pada rendahnya mutu lulusan. Mutu lulusan yang rendah dapat menimbulkan berbagai masalah, seperti lulusan tidak dapat melanjutkan studi, tidak dapat menyelesaikan studinya pada jenjang yang lebih tinggi, tidak dapat bekerja sehingga tidak diterima di dunia kerja, diterima bekerja, tetapi tidak berprestasi, tidak dapat mengikuti perkembangan masyarakat dan tidak produktif.
Lulusan tidak produktif akan menjadi beban masyarakat, menambah biaya kehidupan dan kesejahteraan masyarakat, serta memungkinkan menjadi warga yang tersisih dari masyarakat. Lembaga pendidikan Islam sebagai wadah proses penanaman nilai-nilai pendidikan Islam sekaligus pemegang amanat pendidikan Nasional pun bermasalah dengan mutu, banyaknya lulusan lembaga pendidikan Islam yang tidak berprestasi dan kurang tertanamnya nilai-nilai Islami menjadi bukti mutu lembaga pendidikan Islam belum sesuai harapan, dalam upaya perbaikan memerlukan Total Quality Manajemen (TQM) dalam rangka menjamin lulusannya sesuai dengan tujuan visi dan misi lembaga pendidikan Islam.
B.   Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud dengan Total Quality Manajemen (TQM)?
2.  Apa aplikasi TQM dalam Lembaga Pendidikan Islam?
C.  Tujuan Penulisan
1.   Mengetahui definisi TQM.
2.   Mengetahui aplikasi TQM dalam Lembaga Pendidikan Islam.


 -------------------------------------------------------------------------------------
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Quality (Mutu)
Secara etimologi dalam kamus Ilmiah popular mutu dapat diartikan sebagai kualitas, derajat, atau tingkat. Dalam bahasa Inggris berasal dari kata quality artinya kualitas.  Dalam rangka umum, mutu mengandung makna derajat (tingkat) keunggulan suatu produk (hasil kerja atau upaya) baik berupa barang maupun jasa. Quality (mutu) merupakan ide yang dinamis, sedang definisi-definisi yang kaku sama sekali tidak akan membantu. Makna mutu yang demikian luas juga sedikit membingungkan pemahaman kita. Akan tetapi beberapa konsekuensi praktis yang signifikan akan muncul dari perbedaan-perbedaan makna tersebut. (Ahmad Ali Riyadi, 2007: 51). Secara terminology mutu di definisikan oleh para ahli sebagai berikut:
            Menurut (Crosby Philip B, 1979: 58) mutu adalah sesuai yang disyaratkan atau distandarkan (Conformance to requirement), yaitu sesuai dengan standar mutu yang telah ditentukan, baik inputnya, prosesnya, maupun outputnya. Oleh karena itu, mutu pendidikan yang diselenggarakan sekolah dituntut untuk memiliki baku standar mutu pendidikan. Mutu dalam konsep Deming adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar. Dalam konsep Deming, pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang dapat menghasilkan keluaran, baik pelayanan dan lulusan yang sesuai kebutuhan atau harapan pelanggan (pasar)nya.            Sedangkan Fiegenbaum mengartikan mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full customer satisfaction). Dalam pengertian ini, maka yang dikatakan sekolah bermutu adalah sekolah yang dapat memuaskan pelanggannya, baik pelanggan internal maupun eksternal. Menurut (Nasution,  2001: 16) sebagaimana dikutipnya pendapat dari mutu, menurut Carvin adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia atau tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen. Selera atau harapan pelanggan pada suatu produk selalu berubah, sehingga kualitas produk juga harus berubah atau disesuaikan. Dengan perubahan mutu produk tersebut, diperlukan perubahan atau peningkatan keterampilan tenaga kerja, perubahan proses produksi dan tugas, serta perubahan lingkungan organisasi agar produk dapat memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
   Menurut Deming,  meskipun kualitas mencakup kesesuaian atribut produk  dengan tuntutan konsumen, namun kualitas harus lebih dari itu dan terdapat empat belas poin penting yang dapat membawa atau membantu manager mencapai perbaikan dalam kualitas yaitu:
1.    Menciptakan kepastian tujuan perbaikan produk dan jasa.
2.    Mengadopsi filosofi baru dimana cacat tidak bisa diterima.
3.    Berhenti tergantung pada inspeksi misal.
4.    Berhenti melaksanakan bisnis atas dasar harga saja.
5.    Tetap dan continue memperbaiki system produksi dan jasa.
6.    Melembagakan metode pelatihan kerja modern.
7.    Melembagakan kepemimpinan.
8.    Menghilangkan rintangan antar departemen.
9.    Hilangkan ketakutan.
10.     Hilangkan atau kurangi tujuan-tujuan jumlah pada pekerja.
11.     Hilangkan managemen berdasarkan sasaran.
12.     Hilangkan rintangan yang merendahkan pekerja jam-jaman.
13.     Melembagakan program pendidikan dan pelatihan yang cermat.
14.     Menciptakan struktur dalam managemen puncak yang dapat melaksanakan transformasi seperti dalam poin-poin di atas.
Menurut Edward Sallis ada beberapa konsep tentang mutu. Pertama mutu sebagai konsep absolut. Dalam konsep ini kualitas atau mutu adalah pencapaian standar tertinggi dalam suatu pekerjaan, produk, dan layanan yang tidak mungkin dilampaui. Kedua mutu sebagai konsep relatif. Dalam konsep ini kualitas atau mutu masih ada peluang untuk peningkatan. Kualitas atau mutu adalah sesuatu yang masih dapat ditingkatkan. Akan tetapi jika dalam tahap peningkatan itu pelaksanaan sebuah pekerjaan telah mencapai standar tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya maka pekerjaan tersebut berkualitas. Ketiga adalah kualitas atau mutu menurut pelanggan. Dalam definisi ini mutu sebagai sesuatu yang memuaskan dan melampaui keinginan dan kebutuhan pelanggan. Peters berpendapat bahwa definisi yang dikemukakan oleh pelanggan sangat penting, karena Peters menemukan kenyataan bahwa pelanggan akan membayar lebih untuk mutu yang baik, tanpa menghiraukan tipe produknya.
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Quality (mutu)  merupakan keunggulan dari sebuah produk barang atau jasa yang dihasilkan melalui proses kerja yang telah terencana dengan baik. Mutu atau kualitas merupakan tujuan akhir dari sebuah proses panjang yang dilakukan oleh organisasi. Mutu merupakan jaminan dari sebuah lembaga kepada pelanggannya. Pelangganlah yang akan menentukan apakah lembaga tersebut mutu produknya (barang atau jasa) baik atau buruk. Karena mereka adalah raja, yang dapat memilih dan menentukan barang mana yang akan dibeli atau dimanfaatkan. Untuk itu sebuah lembaga harus menjaga kualitas atau mutu yang telah ada atau meningkatkan agar lebih baik untuk menjaga eksistensi mereka agar tidak di tinggalkan oleh pelanggannya.
Dari beberapa definisi diatas tentang mutu atau kualitas ada beberapa elemen dasar bahwa sesuatu dikatakan berkualitas, yakni:
a.    Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
b.    Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan.
c.    Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah apa yang dianggap berkualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada saat yang lain.
Semua sumber kualitas di lingkungan organisasi pendidikan dapat dilihat manifestasinya melalui dimensi – dimensi kualitas yang harus direalisasikan oleh pucuk pimpinan bekerja sama  dengan warga sekolah yang ada dalam lingkungan tersebut. Menurut Hadari Nawawi, dimensi kualitas yang dimaksud, yaitu:
1.      Dimensi Kerja Organisasi
            Kinerja dalam arti unjuk perilaku dalam bekerja yang positif, merupakan gambaran konkrit dari kemampuan mendayagunakan sumber – sumber kualitas, yang berdampak pada keberhasilan mewujudkan, mempertahankan dan mengembangkan eksistensi organisasi (sekolah).
2.      Iklim Kerja
            Penggunaan sumber – sumber kualitas secara intensif akan menghasilkan iklim kerja yang kondusif di lingkungan organisasi. Di dalam iklim kerja yang diwarnai kebersamaan akan terwujud kerjasama yang efektif melalui kerja di dalam tim kerja, yang saling menghargai dan menghormati pendapat, kreativitas, inisiatif dan inovasi untuk selalu meningkatkan kualitas.
3.      Nilai Tambah
            Pendayagunaan sumber – sumber kualitas secara efektif dan efisien akan memberikan nilai tambah atau keistimewaan tambahan sebagai pelengkap dalam melaksanakan tugas pokok dan hasil yang dicapai oleh organisasi. Nilai tambah ini secara kongkrit terlihat pada rasa puas dan berkurang atau hilangnya keluhan pihak yang dilayani (siswa).
4.      Kesesuaian dengan Spesifikasi
            Pendayagunaan sumber – sumber kualitas secara efektif dan efisien bermanifestasi pada kemampuan personil untuk menyesuaikan proses pelaksanaan pekerjaan dan hasilnya dengan karakteristik operasional dan standar hasilnya berdasarkan ukuran kualitas yang disepakati.
5.      Kualitas Pelayanan dan Daya Tahan Hasil Pembangunan
            Dampak lain yang dapat diamati dari pendayagunaan sumber – sumber kualitas yang efektif dan efisien terlihat pada peningkatan kualitas dalam melaksanakan tugas pelayanan kepada siswa.
6.      Persepsi Masyarakat
            Pendayagunaan sumber – sumber kualitas yang sukses di lingkungan organisasi pendidikan dapat diketahui dari persepsi masyarakat (brand image) dalam bentuk citra dan reputasi yang positip mengenai kualitas lulusan baik yang terserap oleh lembaga pendidikan yang lebih tinggi ataupun oleh dunia kerja.
Jadi dalam konteks pendidikan pengertian mutu, dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam proses pendidikan yang bermutu terlibat berbagai input, seperti; bahan ajar (kognitif, afektif, atau psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif. Manajemen sekolah, dukungan kelas berfungsi mensinkronkan berbagai input tersebut atau mensinergikan semua komponen dalam interaksi (proses) belajar mengajar baik antara guru, siswa dan sarana pendukung di kelas maupun di luar kelas, baik konteks kurikuler maupun ekstra-kurikuler, baik dalam lingkup susbtansi yang akademis maupun yang non-akademis dalam suasana yang mendukung proses pembelajaran. Quality (Mutu) dalam konteks hasil pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu baik dalam bidang akademik atau dalam bidang non akademik.

B. Total Quality Management (Manajemen Mutu Terpadu)
Akhir-akhir ini, konsep Manajemen Mutu sangat berkembang dan banyak diterapkan, khususnya dalam dunia pendidikan. Mutu pendidikan (lulusan) tidak hanya ditentukan oleh seorang guru, tetapi oleh seluruh guru, juga pihak personalia sekolah, seperti pengelola dan staf administrasi.
Terdapat empat alasan utama mengapa TQM harus di terapkan di lembaga pendidikan.  Pertama,  para pendidik bertanggung jawab terhadap bisnis mereka karena para pendidik merupakan faktor utama bagi peningkatan sekolah. Kedua, pendidikan membutuhkan proses pemecahan masalah yang peka dan fokus pada identifikasi dan penyelesaian penyebab utama yang menimbulkan masalah tersebut. Ketiga, organisasi sekolah harus menjadi model organisasi belajar semua organisasi. Keempat, sangat mungkin bahwa melalui TQM di sekolah-sekolah orang-orang dapat menemukan mengapa sistem pendidikan yang ada saat ini tidak berjalan dengan baik. Penerapan TQM mungkin dapat memberikan sistem yang lebih baik.
Para Ahli manajemen telah banyak mengemukakan pangertian Total Quality Management  (Manajemen Mutu Terpadu)  diantaranya: Menurut (Edward Sallis, 1993: 13) bahwa Total Quality Manajemen is a philosophy and a methodologhy wich assist institutions to manage change and set their own agendas for dealing with the plethora of new external pressures.”
Pendapat di atas menekankan pengertian bahwa manajemen mutu terpadu merupakan suatu filsafat dan metodologi yang membantu berbagai institusi, terutama industri dalam mengelola perubahan dan menyusun agenda masing-masing untuk menanggapi tekanan-tekanan faktor eksternal.
Mulyadi juga menjelaskan dalam bukunya Total Quality Manajemen bahwa TQM adalah suatu sistem manajemen yang berfokus kepada orang yang bertujuan untuk meningkatkan secara berkelanjutan kepuasan Costomers pada biaya yang sesungguhnya secara berkelanjutan dan terus-menerus.
Sedangkan Menurut Mudafir Ilyas “TQM It's has an objective to improve quality of produc and servies continuously to satisfy the customers”. TQM adalah sebuah tujuan atau sasaran untuk meningkatkan produk dan pelayanan secara terus-menerus untuk kepuasan pelangggan.
Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Edward Sallis, Total Quality Management (Manajemen Mutu Terpadu) merupakan usaha menciptakan kultur mutu, yang mendorong semua anggota stafnya untuk memuaskan para pelanggan. Dalam konsep mutu pelanggan adalah raja. Lebih jauh dia menjelaskan bahwa kata total (Terpadu) menegaskan bahwa setiap orang yang berada dalam organisasi harus terlibat dalam upaya melakukan peningkatan secara terus menerus. Kata manajemen berlaku bagi setiap orang, sebab setiap orang dalam institusi, apapun status, posisi atau peranannya, adalah manajer bagi tanggung jawabnya masing-masing.
Sedangkan M. Jusuf Hanafiah, dkk dalam manajemen mutu pendidikan mendefinisikan Total Quality Management (Manajemen Mutu Terpadu)  merupakan suatu pendekatan yang sistematis, praktis, dan strategis, dalam menyelenggarakan suatu organisasi, yang mengutamakan kepentingan pelanggan.
Menurut Veithzal Rivai dan Sylviana Murni beberapa prinsip dalam penerapan sistem TQM adalah sebagai berikut:
1.    Merupakan komitmen  pimpinan puncak (top management).
2.    Pengertian dari total yaitu terpadu yang berarti manajemen yang diterapkan melibatkan seluruh aparat lingkungan perusahaan.
3.    Apabila terjadi kekurangan atau kelemahan baik secara sengaja atau tidak sengaja yang sangat berdampak pada menurunnya efesiensi dan efektifitas produksi, secara serius hal ini harus di cermati dan ditangani secara tuntas serta segera dicari titik permasalahannyadan dilakukan perbaikan yang berkelanjutan.
4.    Ditetapkan aturan-aturan kesepakatan yang dijadikan sebagai kebajikan tertulis dan merupakan alat atau tools dalam operasional sistem TQM.

C. Aplikasi TQM Pada Lembaga Pendidikan Islam
Penetapan manajemen mutu pada lembaga pendidikan Islam dewasa ini merupakan suatu keharusan, sehingga diharapkan satuan pendidikan Islam baik sekolah maupun universitas diharapkan terus mampu bersaing dengan mengedepankan mutunya.
Untuk mengaplikasikan konsep TQM ke dalam pendidikan Islam, perlu kita meminjam prinsip-prinsip pencapaian mutu Edward Deming, berikut ini, ialah uraian tentang penerapan prinsip-prinsip tersebut ke dalam Pendidikan Islam.
Pertama, untuk menjadi lembaga pendidikan Islam yang bermutu perlu kesadaran, niat dan usaha yang sungguh-sungguh dari segenap unsur di dalamnya. Pengakuan orang lain (siswa, sejawat dan masyarakat) bahwa pendidikan Islam adalah bermutu harus diraih.
Kedua, lembaga pendidikan Islam yang bermutu adalah yang secara keseluruhan memberikan kepuasan kepada masyarakat pelanggannya, artinya harapan dan kebutuhan pelanggan terpenuhi dengan jasa yang diberikan oleh lembaga tersebut. Kebutuhan pelanggan adalah berkembangnya SDM yang bermutu dan tersedianya informasi, pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat, karya/produk lembaga pendidikan Islam tersebut. Bentuk kepuasan pelanggan misalnya para lulusannya merasakan manfaat pendidikannya dalam meniti karirnya di lapangan kerja. Selain itu di dalam pendidikan Islam tersebut terjadi proses belajar-mengajar yang teratur dan lancar, guru-gurunya produktif, berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara, dan lulusannya berperestasi cemerlang di masyarakat.
Ketiga, perhatian lembaga pendidikan selalu ditujukan pada kebutuhan dan harapan para pelanggan: siswa, masyarakat, industri, pemerintahan dan lainnya, sehingga mereka puas karenanya.
Keempat, dalam lembaga pendidikan Islam yang bermutu tumbuh dan berkembang kerjasama yang baik antar sesama unsur didalamnya untuk mencapai mutu yang ditetapkan. Sebagai contoh kelompok pengajar bekerjasama menyusun startegi pembelajaran siswa secara efektif dan efisien. Jika hanya satu atau dua saja guru yang mengajar secara baik tidaklah cukup, karena tidak akan menjamin terjadinya mutu siswa yang baik. Untuk itu, maka harus semua guru menjadi pengajar yang baik. Sebaliknya, jika gurunya menjadi pengajar yang baik, maka siswanya haruslah ingin belajar secara efektif. Proses belajar mengajar tidak dapat dikatakan efektif dan efisien jika hanya sepihak, gurunya saja atau siswanya saja yang baik. Interaksi yang baik antar sesama unsur dalam pendidikan Islam harus terjalin secara intensif, agar pencapaian mutu dapat berhasil sesuai harapan. Dalam upaya menggiatkan kerjasama antar unsur dalam pendidikan Islam tersebut perlu dibentuk “tim perbaikan mutu” yang diberi kewenangan untuk mencari upaya agar mutu pendidikan Islam lebih baik. Untuk ini pelatihan kepada tim terutama tentang cara-cara bekerjasama yang efektif dan efisisen dalam tim sangat diperlukan.
Kelima, diperlukan pimpinan yang mampu memotivasi, mengarahkan, dan mempermudah serta mempercepat proses perbaikan mutu. Pimpinan lembaga (kepala sekolah/madrasah, wakil kepala sekolah, hingga kepala bagian-bagian terkait) bertugas sebagai motivator dan fasilitator bagi orang-orang yang bekerja dibawah pengawasannya untuk mencapai mutu. Setiap atasan adalah pemimpin, sehingga ia haruslah memiliki kepemimpinan. Kepemimpinan haruslah yang membuat orang kemudian merasa lebih berdaya, sehingga yang dipimpin mampu melaksanakan tugas pekerjaannya lebih baik dan hasil yang lebih baik pula.
Keenam, semua karya lembaga pendidikan Islam (pengajaran, penelitian, pengabdian, administrasi dll.) selalu diorientasikan pada mutu, karena setiap unsur yang ada didalamnya telah berkomitmen kuat pada mutu. Akibat dari orientasi ini, maka semua karya yang tidak bermutu ditolak atau dihindari.
Ketujuh, ada upaya perbaikan mutu lembaga pendidikan secara berkelanjutan. Untuk ini standar mutu yang ditetapkan sebelumnya selalu dievaluasi dan diperbaiki sedikit demi sedikit sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Kedelapan, segala keputusan untuk perbaikan mutu pelayanan pendidikan/pengajaran selalau didasarkan data dan fakta untuk menghindari adanya kelemahan dan keraguan dalam pelaksananannya.
Kesembilan, penyajian data dan fakta dapat ditunjang dengan berbagai alat dan teknik untuk perbaikan mutu yang bisa dianalisis dan disimpulkan, sehingga tidak menyesatkan.
Kesepuluh, hendaknya pekerjaan di lembaga pendidikan jangan dilihat sebagai pekerjaan rutin yang sama saja dari waktu ke waktu, karena bisa membosankan. Setiap kegiatan di lembaga tersebut harus direncanakan dan dilaksanakan dengan cermat, serta hasilnya dievaluasi dan dibandingkan dengan standar yang ditetapkan.
Kesebelas, dari waktu ke waktu prosedur kerja yang digunakan di lembaga pendidikan Islam perlu ditinjau apakah mendatangkan hasil yang diharapkan. Jika tidak maka prosedur tersebut perlu diubah dengan yang lebih baik.
Keduabelas, perlunya pengakuan dan penghargaan bagi yang telah berusaha memperbaiki mutu kerja dan hasilnya. Para guru dan karyawan administrasi mencoba cara-cara kerja baru dan jika mereka berhasil diberikan pengakuan dan penghargaan.
Ketigabelas, perbaikan prosedur antar fungsi di lembaga pendidikan Islam sebagai bentuk kerjasama harus dijalin hubungan saling membutuhkan satu sama lain.
Keempatbelas, tradisikan pertemuan antar pengajar dan siswa untuk mereview proses belajar-mengajar dalam rangka memperbaiki pengajaran yang bemutu. 


 -------------------------------------------------------------------------------------

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Jadi dalam konteks pendidikan pengertian mutu, dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam proses pendidikan yang bermutu terlibat berbagai input, seperti; bahan ajar (kognitif, afektif, atau psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif. Quality (Mutu) dalam konteks hasil pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu baik dalam bidang akademik atau dalam bidang non akademik. Total Quality Management (Manajemen Mutu Terpadu) merupakan suatu pendekatan yang berorientasi pada peningkatan mutu produk yang dihasilkan oleh sebuah lembaga, organisasi untuk kepuasan pelanggan dan untuk mengatasi lingkungan yang terus berubah sehingga harus ada perbaikan terus menerus yang dilakukan oleh lembaga.
Aplikasi TQM dalam lembaga pendidikan Islam dapat mengarahkan pada keutuhan, baik keutuhan dari fokus pelanggan, pengembangan proses, dan pelibatan semua elemen seperti kepala sekolah/madrasah, guru, pegawai, dan suplier perlu diperhatikan dengan terus berorientasi pada kualitas. Penetapan manajemen mutu pada lembaga pendidikan Islam dewasa ini merupakan suatu keharusan, sehingga diharapkan satuan pendidikan Islam di Indonesia baik sekolah maupun universitas diharapkan terus mampu bersaing dengan mengedepankan mutunya dalam berbagai kondisi yang ada untuk seluruh masyarakat, bangsa, dan negara.


 -------------------------------------------------------------------------------------





DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Ali Riyadi. 2007. Manajemen Mutu Pendidikan. Jogjakarta: IRCiSoD.
Crosby, Philip B. 1979. Quality is Free. New York: New American Library.
Hadari Nawawi. 2005. Manajemen Strategik. Gadjah Mada Pers: Yogyakarta.
Mulyadi. 1998. Total Quality Manajemen. Yogyakarta: UGM.
Nasution. 2001. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management.     Jakarta: Ghalia Indonesia.
Sallis, Edward. 1993. Total Quality Management in Education. London: Kogan     Page    Limited.
Veithzal Rivai dan Sylviana Murni. 2010. Education Management. Jakarta:            Rajawali Press.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar