Selamat datang di blog saya
Flaming Arrow Glitter Purple

Jumat, 16 Juni 2017

KONSEP BELAJAR KESULITAN SISWA

MAKALAH
KONSEP BELAJAR KESULITAN SISWA
Makalah Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Psikologi Belajar
Dosen Pengampu:
Imam Wahyono, M.Pd.I

Oleh:
Kelompok 8
Abdul Hakim Adilli
Ajeng Mentari
Duwi Lindasari

FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEMESTER IV A
INSTITUT AGAMA ISLAM IBRAHIMY
GENTENG – BANYUWANGI
2017
----------------------------------------------------------------------------------

KATA PENGANTAR


بِسْــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِــــــيْـمِ
            Alhamdulillah, puji dan syukur kita ucapkan kepada Allah SWT Tuhan semesta alam, karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya, shalawat serta salam kita sampaikan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing kita sebagai umat-Nya dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang-benderang. Dengan ini penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah tanpa kendala apapun untuk  memenuhi  tugas dari mata kuliah Psikologi Belajar. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak dosen Imam Wahyono, M.Pd.I, sebagai dosen mata kuliah Psikologi Belajar yang telah menjadi pembimbing dalam penyelesaian makalah. Tidak lupa pula kepada semua pihak yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam rangka menyelesaikan makalah ini, sehingga dengan adanya bimbingan dan pengarahan tersebut makalah dapat penulis selesaikan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.
            Dalam pembuatan makalah ini penulis sudah berusaha semaksimal mungkin dalam pembuatan dan penyusunannya, tetapi penulis menyadari, makalah ini jauh dari kesempurnaan sebab kesempurnaan hanya milik Allah SWT, namun selaku manusia penulis menginginkan yang terbaik. Karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan sekali demi kebaikan dalam pembuatan makalah dan penulisannya untuk masa yang akan datang. Semoga kita dapat mempelajari hal-hal penting yang ada dalam isi makalah ini sehingga bermanfaat bagi kita semua untuk dapat menerapkan dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Genteng, 20 Maret 2017
Penulis

---------------------------------------------------------------------------------- 
DAFTAR ISI




HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ..................................................................................  i
DAFTAR ISI ...............................................................................................  ii
BAB I PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang .................................................................................  1
2.    Rumusan Masalah ............................................................................  2
3.    Tujuan Penulisan ...............................................................................  2

BAB II PEMBAHASAN
A.  Pengertian Kesulitan Belajar............................................................. 3
B.  Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar...................................... 5
C.  Langkah-Langkah Diagnosis Kesulitan Belajar............................... 9
D.  Cara-Cara Mengatasi Kesulitan Belajar.......................................... 11
BAB III PENUTUP                               
A.  Kesimpulan ......................................................................................  15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................  16

          ----------------------------------------------------------------------------------

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Di dalam sebuah proses belajar-mengajar di dunia pendidikan tidak selamanya mengalami kelancaran. Selalu saja ada hambatan dalam proses tersebut.  Pada umumnya hambatan yang terjadi seperti adanya kesulitan belajar dalam diri peserta didik. Kesulitan belajar tersebut akan berdampak pada penurunan prestasi akademik dari peserta didik. Dampak tersebut agar dapat diselesaikan dengan berbagai cara seperti diadakannya penyelidikan terhadap penyebab kesulitan belajar yang terjadi pada peserta didik agar dapat ditemukan solusi yang tepat dalam menangani peserta didik yang mengalami kesulitan belajar tersebut. Tindak lanjut yang biasanya dilakukan oleh seorang pendidik salah satunya adalah dengan mengadakan remedial.
       Guru sebagai pendidik dituntut untuk bertanggung jawab atas perkembangan peserta didik. Karena itu guru dalam proses pembelajaran harus memperhatikan kemampuan peserta didik secara individual, agar dapat membantu perkembangan peserta didik secara optimal dan dapat mengenali peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.  Pada masa sekarang ini banyak sekali anak-anak mengalami kesulitan dalam belajar. Hal tersebut tidak hanya dialami oleh siswa-siswa yang berkemampuan kurang saja, juga dialami oleh siswa-siswa yang berkemampuan tinggi. Selain itu siswa yang berkemampuan rata-rata juga mengalami kesulitan dalam belajar. Sedang yang namanya kesulitan belajar itu merupakan kondisi proses belajar yang ditandai oleh hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai kesuksesan.
Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan oleh faktor intelegensi yang rendah (kelainan mental) akan tetapi juga disebabkan oleh faktor-faktor non-intelegensi. Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu mendapat jaminan keberhasilan belajar, karena dalam rangka proses pembelajaran tidak semua siswa mudah menerima dan merekam hasil dari suatu proses pembelajaran. Kita sadar bahwa bakat setiap individu berbeda dengan satu yang lainnya. Kemampuan untuk menangkap pelajaran juga berlainan, tingkat usahanya pun juga bervariasi, maka faktor waktu yang dibutuhkan oleh individu yang berbeda juga akan berbeda untuk menguasai materi atau bahan yang sama.
Kualitas pengajaran turut menentukan ketuntasan penguasaan bagi para siswa. Oleh karena itu, usaha untuk menertibkan siswa secara optimal dalam kegiatan belajar mengajar, usaha membuat pengajaran lebih konkret, lebih praktis, mempergunakan berbagai cara penguatan (reinforcement) akan banyak membantu tingkat penguasaan bahan oleh para siswa.
B.  Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian Kesulitan Belajar?
2.    Apa saja faktor-faktor penyebab Kesulitan Belajar?
3.    Apa saja langkah-langkah Diagnosis Kesulitan Belajar?
4.    Bagaimana cara-cara mengatasi Kesulitan Belajar?
C.  Tujuan Penulisan
1.    Untuk mengetahui Kesulitan Belajar.
2.    Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab Kesulitan Belajar.
3.    Untuk mengetahui langkah-langkah Diagnosis Kesulitan Belajar.
4.    Untuk mengetahui cara-cara mengatasi Kesulitan Belajar.

                ----------------------------------------------------------------------------------   
BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Kesulitan Belajar
1.    Pengertian Kesulitan
Kesulitan adalah keadaan yang sulit, dalam kesulitan dan dalam kesusahan. Dalam hal ini, berarti kesulitan mengandung makna sulit berbuat sesuatu yang berarti suatu kondisi yang memperlihatkan ciri-ciri hambatan dalam kegiatan untuk mencapai suatu kegiatan, dimana kesulitan yang dimaksud dalam kajian ini adalah kesulitan belajar yang berarti kesulitan tersebut kepada aktifitas belajar. 
2.    Pengertian Belajar
a.    Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, mengartikan belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya.[1]
b.    Nana Sudjana, mengatakan belajar adalah proses yang aktif, belajar adalah mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu.[2]
Dari beberapa pengertian belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku individu dari hasil pengalaman dan latihan. Perubahan tingkah laku tersebut, baik dalam aspek pengetahuannya (kognitif), keterampilannya (psikomotorik), dan sikapnya (afektif).


3.    Pengertian Kesulitan Belajar
a.    Kesulitan belajar adalah terjemahan dari istilah bahasa Inggris learning disability. Terjemahan tersebut kurang tepat karena learning artinya belajar dan disability artinya ketidak mampuan.[3]
b.    Kesulitan belajar adalah suatu gejala yang tampak pada peserta didik yang ditandai dengan adanya prestasi belajar yang rendah atau dibawah norma yang telah ditetapkan.[4]
c.    Menurut Syaiful Bahri Djamarah, kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana peserta didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan atau gangguan dalam belajar.
d.   Kesulitan belajar menurut Warkitri ddk, menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah terdapatnya suatu jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang diperoleh.
e.    Sementara itu Siti Mardiyanti dkk, menganggap kesulitan belajar sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar.
f.     Kesulitan belajar menurut Hammil Abidin, yaitu menunjuk pada sekelompok kesulitan yang meinvestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengar, mencakup-cakup, membaca, menulis, menalar, atau kemampuan dalam bidang studi tertentu.
Dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar ialah suatu keadaan dimana anak didik tidak dapat menyerap pelajaran dengan sebagaimana mestinya, mengalami kesulitan untuk menyerap pelajaran tersebut, baik kesulitan itu datang dari dirinya sendiri, dari sekitarnya ataupun karena faktor-faktor lain yang menjadi pemicunya. Dalam hal ini, kesulitan belajar ini akan membawa pengaruh negatif terhadap hasil belajarnya.


4.    Macam-macam Kesulitan Belajar
a.    Learning disorder, atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya.
b.    Learning disfunction, adalah gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat indra, atau gangguan psikologis lainnya.
c.    Under achiever, merupakan siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
d.   Slow learner, atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
e.    Learning disabilities, atau ketidak mampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
B.  Faktor-Faktor Kesulitan Belajar
       Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri dari dua macam, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1.    Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang ada di dalam individu yang sedang belajar. Faktor internal dibagi menjadi beberapa faktor, yaitu:
a.    Jasmani, yang terdiri dari faktor:
a)    Cacat tubuh atau adanya susunan saraf yang tidak berkembang secara sempurna.
b)   Mempunyai penyakit yang sifatnya menahun yang dapat menghambat usaha-usaha  belajar secara optimal.
c)    Kelemahan pada unsur panca indera (misalnya mata atau telinga yang tidak sempurna atau cacat) yang dapat mengganggu interaksi dalam proses pembelajaran.
b.  Psikologis dan mental, yang terdiri dari faktor:
a)    Inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.
b)   Tingkat kecerdasan rendah.
c)    Aktifitas yang tidak terarah, kurang semangat, dan kurang menguasai keterampilan.
c.    Emosional dan kebiasaan sikap yang salah, terdiri dari faktor:
a)    Terdapatnya rasa tidak aman (insecurity).
b)   Penyesuaian yang salah terhadap orang-orang.
c)    Kurang menaruh minat terhadap pekerjaan sekolah.
d)   Malas dan tidak mau belajar.
e)    Sering tidak mengikuti pelajaran (bolos).
f)    Banyak melakukan kegiatan yang bertentangan dan tidak menunjang aktifitas sekolah.
d.   Tidak memiliki keterampilan dan pengetahuan dasar yang diperlukan, diantaranya yaitu:
a)    Ketidak mampuan membaca, menulis, dan kurang menguasai pengetahuan dasar untuk bidang studi yang ditempuh.
b)   Memiliki kebiasaan belajar dan cara bekerja yang salah.
2.    Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu:
a.  Keluarga, yang meliputi:
a)    Cara orang tua mendidik dan relasi antara anggota keluarga.
b)   Suasana rumah dan keadaan ekonomi keluarga.
c)    Pengertian orang tua latar dan besar kecilnya anggota keluarga.
d)   Tradisi dan kultur keluarga.
e)    Ketrentaman dan keamanan sosio-psikologis.
b.  Sekolah, yang meliputi:
a)    Kelemahan dari sistem belajar mengajar pada tingkat-tingkat pendidikan.
b)   Kurikulum yang seragam, buku sumber yang tidak sesuai dengan tingkat kematangan dan perbedaan individu.
c)    Relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa.
d)   Terlalu sering pindah sekolah atau tinggal kelas.
e)    Terlalu berat beban belajar (siswa) atau mengajar (guru).
f)    Ketidak sesuaian sistem pengajaran.
g)   Terlalu besar populasi siswa dalam kelas, terlalu banyak menuntut kegiatan diluar.
h)   Disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.
c.  Masyarakat, yang meliputi:
a)    Kegiatan siswa dalam masyarakat, media masa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
b)   Pengaruh kelompok pergaulan yang tidak edukatif dan merusak moral siswa.[5]
Menurut Cooney, Davis dan Henderson juga telah mengidentifikasikan beberapa faktor  penyebab kesulitan belajar, yaitu:
1. Faktor Fisiologis
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait dengan kurang berfungsinya otak, susunan syaraf ataupun bagian-bagian tubuh lain. Para guru harus menyadari bahwa hal yang paling berperan pada waktu belajar adalah kesiapan otak dan sistem syaraf dalam menerima, memproses, menyimpan, ataupun memunculkan kembali informasi yang sudah disimpan. Kalau ada bagian yang tidak sesuai pada bagian tertentu dari otak seorang siswa, maka dengan sendirinya siswa akan mengalami kesulitan belajar. Bayangkan kalau sistem syaraf atau otak anak kita karena sesuatu dan lain hal kurang berfungsi secara sempurna. Akibatnya akan mengalami hambatan ketika belajar.
2. Faktor Sosial
Faktor sosial merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah jika orang tua dan masyarakat sekitarnya sedikit banyak akan berpengaruh terhadap kegiatan belajar dan kecerdasan siswa sebagaimana ada yang menyatakan bahwa sekolah adalah cerminan masyarakat dan anak adalah gambaran orangtuanya. Oleh karena itu ada beberapa faktor  penyebab kesulitan belajar yang berkait dengan sikap dan keadaan keluarga serta masyarakat sekitarnya yang kurang mendukung siswa tersebut untuk belajar sepenuh hati.
3. Faktor Kejiwaan
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait dengan kurang mendukungnya perasaan hati (emosi) siswa untuk belajar secara sungguh-sungguh. Sebagai contoh, ada siswa yang tidak suka mata pelajaran tertentu karena ia selalu gagal mempelajari mata pelajaran itu. Jika hal ini terjadi, siswa tersebut akan mengalami kesulitan belajar yang sangat  berat. Hal ini merupakan contoh dari faktor emosi yang menyebabkan kesulitan belajar. Contoh lain adalah siswa yang rendah diri, siswa yang ditinggalkan orang yang paling  dicintai dan disayangi akan menjadikannya sedih berkepanjangan sehingga mempengaruhi proses belajar mengajar dan dapat menjadi faktor penyebab kesulitan belajarnya.
4. Faktor Intelektual
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait dengan kurang sempurna atau kurang normalnya tingkat kecerdasan siswa. Para guru harus meyakini  bahwa setiap siswa mempunyai tingkat kecerdasan berbeda. Ada siswa yang sangat sulit menghafal sesuatu, ada yang sangat lamban menguasai materi tertentu, ada yang tidak memiliki pengetahuan prasyarat dan juga ada yang sangat sulit membayangkan dan bernalar. Hal-hal yang disebutkan tadi dapat menjadikan faktor penyebab kesulitan belajar pada diri siswa tersebut.
5. Faktor Kependidikan
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait dengan  belum mantapnya lembaga pendidikan secara umum. Guru yang selalu meremehkan siswa, guru yang tidak bisa memotivasi siswa untuk belajar lebih giat, guru yang membiarkan siswanya melakukan hal-hal yang salah, guru yang tidak pernah memeriksa pekerjaan siswa, sekolah yang membiarkan para siswa bolos tanpa ada sanksi tertentu, adalah contoh dari faktor-faktor penyebab kesulitan dan pada akhirnya akan menyebabkan ketidak berhasilan siswa tersebut.
C. Langkah-langkah Diagnosis Kesulitan Belajar
1.    Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar
Diagnosis merupakan istilah yang diadopsi dari bidang medis. Menurut Thorn Dike dan Hagen, diagnosis berarti upaya untuk menemukan kelemahan atau penyakit (weakness and disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian mengenai gejala-gejalanya secara seksama.[6] Diagnosis adalah keputusan atau penentu mengenai hasil dari pengolahan data tentang siswa yang mengalami kesulitan belajar dan jenis kesulitan yang dialami siswa.[7] Sebelum menetapkan alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar siswa, guru sangat dianjurkan untuk terlebih dahulu melakukan identifikasi (upaya mengenali gejala dengan cermat) terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda siswa tersebut.  Upaya seperti ini disebut diagnosis yang bertujuan menetapkan “jenis penyakit” yakni  jenis kesulitan belajar siswa. Dalam melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur yang terdiri atas langkah-langkah tertentu yang diorientasikan pada ditemukannya kesulitan belajar jenis tertentu yang dialami siswa.
Prosedur seperti ini dikenal sebagai  diagnostik kesulitan belajar.[8] Dari penjelasan di atas, dapat penulis buat suatu kesimpulan bahwa Diagnosis Kesulitan Belajar merupakan suatu prosedur dalam memecahkan kesulitan belajar dengan mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan tertentu, serta mengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya.[9]
2. Langkah-langkah diagnosis kesulitan belajar
Banyak langkah-langkah diagnostik yang dapat ditempuh guru, antara lain yang cukup terkenal adalah prosedur Weener & Senf sebagaimana yang dikutip Wardani, sebagai berikut:
a.    Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran.
b.    Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami kesulitan belajar.
c.    Mewawancarai orangtua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar.
d.   Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa.
e.    Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar.
3. Diagnosis ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut:
a.    Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar siswa.
b.    Keputusan mengenai faktor-faktor yang menjadi sumber sebab-sebab kesulitan belajar.
c.    Keputusan mengenai jenis mata pelajaran apa yang mengalami kesulitan belajar.
4. Kegiatan diagnosis dapat dilakukan dengan cara:
a.    Membandingkan nilai prestasi individu untuk setiap mata pelajaran dengan rata-rata nilai seluruh individu.
b.    Membandingkan prestasi dengan potensi yang dimiliki oleh siswa tersebut.
c.    Membandingkan nilai yang diperoleh dengan batas minimal tujuan yang diharapkan.
Adapun untuk mengatasi kesulitan belajar siswa pengidap sindrom disleksia, disgafia, dan diskalkulia, sebagaimana yang telah diuraikan, guru dan orang tua sangat dianjurkan untuk memanfaatkan support teacher (guru pendukung). Guru khusus ini biasanya bertugas menangani siswa pengidap sindrom-sindrom tadi disamping melakukan remedial teaching (pengajaran perbaikan).
Dalam rangka diagnosis ini biasanya diperlukan berbagai bantuan tenaga ahli, misalnya:
1.    Dokter, untuk mengetahui kesehatan anak.
2.    Psikolog, untuk mengetahui tingkat IQ anak.
3.    Psikiater, untuk mengetahui kejiwaan anak.
4.    Social worker, untuk mengetahui kelainan sosial yang mungkin dialami anak.
5.    Ortopedagogik, untuk mengetahui kelainan-kelainan yang ada pada anak.
6.    Guru kelas, untuk mengetahui perkembangan belajar anak selama di sekolah.
7.    Orang tua anak, untuk mengetahui kebiasaan anak di rumah.
D. Cara-cara Mengatasi Kasulitan Belajar
Mengatasi kesulitan belajar, tidak dapat dipisahkan dari faktor-faktor kesulitan belajar. Banyak solusi yang ditawarkan oleh berbagai pihak dalam mengatasi kesulitan belajar. Menurut Tadjab, langkah-langkah untuk mengatasi kesullitan belajar sebagai berikut.[10]
1. Pengumpulan Data
Untuk menemukan sumber  penyebab kesulitan belajar, diperlukan banyak informasi. Untuk memperoleh informasi tersebut maka diadakan suatu pengamatan langsung yang disebut dengan pengumpualan data.
2. Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul , selanjutnya diadakan pengolahan secara cermat. Langkah-langkah yang harus ditempuah antara lain, yaitu:
a.    Identifikasi kasus.
b.    Membandingkan antar kasus.
c.    Membandingkan dengan hasil tes.
d.   Menarik kesimpulan.
3. Diagnosis
Diagnosis adalah keputusan penentu mengenai hasil dari pengolahan data.  Diagnosis ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut:
a.    Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak (berat atu ringannya).
b.    Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab kesulitan belajar.
c.    Keputusan mengenai faktor utama penyebab kesulitan belajar.
4.  Pragnosis
Pragnosis artinya ramalan. Apa yang telah ditetapkan  dalam tahap diagnosis, akan menjadi dasar utama dalam menyusun dan menetapkan ramalan mengenai bantuan apa yang harus diberikan kepadanya untuk membantu mengatasi masalahnya.
5.    Treatment atau Perlakuan
Perlakuan disini maksudnya adalah pemberian bantuan  kepada anak yang bersangkutan yang mengalami kesulitan  belajar sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis tersebut. Bentuk treatment yang mungkin dapat diberikan, misalnya: bimbingan belajar individu dan kelompok.
6. Evaluasi
Evaluasi disini untuk mengetahui apakah treatment yang telah diberikan tersebut berhasil dengan baik atau gagal sama sekali. Kalau ternyata treatment yang diberikan tidak berhasil maka diadakan pengecekan kembali agar dapat untuk dievaluasi dalam usaha perbaikan agar berhasil.
Kemungkinan cara mengatasi kesulitan belajar sesuai dengan sifat-sifat permasalahannya, yaitu:
1.    Jika kelemahannya menyeluruh dan bersumber kepada:
a.    Kurikulum dan sistem pengajaran. Maka perlu diadakan program pengajaran khusus sebagai pengayaan sampai keterampilan dasar dan pola belajar siswa terpenuhi dan terkuasai.
b.    Sistem evaluasi. Maka  perlu diadakan peninjauan kembali dan dikembangkan sistem penilaian yang bersifat edukatif yang dapat menggairahkan siswa.
c.    Faktor kondisional. Maka komponen-komponen belajar mengajar pokok yang disyaratkan, seperti: buku, ruangan, laboratorium, dan lain-lain yang perlu dipenuhi.
2.    Jika kelemahannya hanya segmental dan sektoral pada bagian tertentu, yang mungkin besumber pada:
a.    Metode belajar mengajar. Maka akan mudah ditempuh remedial teaching secara kelompok, dalam kelas keseluruhan maupun kelompok kecil.
b.    Sistem penilaian. Maka perlu diadakan penyesuaian dengan sistem yang sesuai untuk  di sekolah yang bersangkuatan.
c.    Penampilan dan sikap guru. Maka perlu adannya perubahan pada diri guru.
3.    Cara-cara mengatasi kesulitan belajar, yaitu:
a.       Meningkatkan motivasi belajar.
b.      Memiliki tujuan belajar dan sasaran yang hendak dicapai.
c.       Mengenali bakat dan minat.
d.      Ciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
e.       Catatlah keberhasilan belajar yang telah kamu capai sebagai alat pemacu keberhasilan selanjutnya.
f.       Mintalah pertimbangan pada guru, teman atau seseorang yang dirasa memiliki kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan belajar.
g.      Melengkapi sarana belajar.
h.      Memelihara kondisi kesehatan, hindari makanan yang beresiko merusak otak.
i.        Mengatur waktu belajar di sekolah maupun di rumah.
j.        Membuat rangkuman, skema dan catatan bagi pelajaran yang  dianggap penting atau sulit.
k.      Ciptakan hubungan harmonis dengan guru, teman, maupun keluarga agar tidak membebani pikiran dan perasaan.
l.        Bergaullah dengan orang-orang yang mendukung keberhasilan belajar.        
4.    Adapun solusi yang diberikan oleh pihak BK dalam mengatasi masalah belajar siswa, yaitu:
a.    Melakukan pendekatan terhadap siswa.
b.    Pencarian data tentang masalah, yaitu dengan berkomunikasi dengan orang tua siswa dan wali kelas.
c.    Melakukan konsultasi secara privat.


                   ----------------------------------------------------------------------------------
BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
       Kesulitan belajar ialah suatu keadaan dimana anak didik tidak dapat menyerap pelajaran dengan sebagaimana mestinya, mengalami kesulitan untuk menyerap pelajaran tersebut, baik kesulitan itu datang dari dirinya sendiri, dari sekitarnya ataupun karena faktor-faktor lain yang menjadi pemicunya. Dalam hal ini, kesulitan belajar ini akan membawa pengaruh negatif terhadap hasil belajarnya.
       Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar, diantaranya yaitu faktor internal sebagai berikut: jasmani, psikologis, mental, emosional, sikap yang salah, tidak memiliki keterampilan dan kemampuan dasar. Faktor eksternal, yaitu: keluarga, sekolah, dan masyarakat. Faktor-faktor tersebut merupakan sekian banyak dari salah satu permasalahan yang terjadi dalam kesulitan belajar yang terjadi di dalam pembelajaran.
       Diagnosis merupakan istilah yang diadopsi dari bidang medis. Menurut Thorn Dike dan Hagen, diagnosis berarti upaya untuk menemukan kelemahan atau penyakit (weakness and disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian mengenai gejala-gejalanya secara seksama. Dengan diagnosis diharapkan kita mampu menemukan sebuah permasahan yang ada dalam proses pembelajaran yang dilakukan.
       Untuk mengatasi permasalahan dalam kesulitan belajar dapat dilakukan diantaranya yaitu dengan cara sebagai berikut: dengan pengumpulan data, pengolahan data, diagnosis, pragnosis, treatment atau perlakuan dan evaluasi.
Dengan begitu maka diharapkan permasalahan yang ada dalam kesulian belajar dapat teratasi dengan baik untuk tercapainya kesuksesan dalam sebuah pembelajaran terutama dalam dunia pendidikan.
      
             ----------------------------------------------------------------------------------
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka         Cipta. 1991.
Alif, Sabri. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya. 1996.
Makmun, Abidin Syamsudin. Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem     Pengajaran Modul. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset. 2009.
Mulyono, Abdurrahman. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT.             Rineka Cipta. 1998.
Rahman, Aunur. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. 2012.
Sudjana, Nana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Balai Pustaka.    1987.
Sugihartono, dkk. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. 2007.
Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers. 2012.
Tadjab. Ilmu Jiwa Pendidikan. Surabaya: Karya Abditama. 1994.
Usman, Moh. Uzer dan Lilis Setiawati. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar         Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2002.





[1]  Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2002, hlm. 4
[2]  Nana Sudjana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Balai Pustaka. 1987, hlm. 28            
[3]  Mulyono Abdurrahman. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 1998, hlm. 6

[4]  Sugihartono, dkk. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. 2007, hlm. 149
[5]  Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 1991, hlm. 74
[6]  Abidin Syamsudin Makmun. Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset. 2009, hlm. 307
[7]  Aunur Rahman. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. 2012, hlm. 197
[8]  Muhibbin Syah. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers. 2012, hlm. 186-187
[9]  Alif Sabri. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya. 1996, hlm. 88
[10]             Tadjab. Ilmu Jiwa Pendidikan. Surabaya: Karya Abditama. 1994, hlm. 51-52



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar